CARANECOM

Caranecom is a Informative Blogging, place of Information and Learning

Mengenal dan mengolah Lathifah Manusia



Cara mengenal dan mengolah lathifah manusia.

Bismillah ya Allah

Para pemuka Tharekat khususnya pemuka thariqah Naqsyabandiyah telah memperkenalkan lathifah-lathifah manusia guna mempermudah menempuh jalan ruhani bagi para pencari Tuhan. Dengan lathifah-lathifah itu kita dapat mendzikirkan lafzhul-jalalah (Allah) agar diperoleh tarikan spiritual tertentu yang bersifat dzati.
Berikut adalah uraiannya :

Lathifah yang pertama adalah al-qalb. Ia terletak disekitar dua jari di bawah payudara sebelah kiri dengan posisi condong ke sisi luar berbentuk sanubari. Ia berada dibawah telapak kaki Adam a.s. Cahayanya berwarna kuning. APabila cahaya lathifah ini telah keluar dari depan pundak dan melaju keatas, atau diperoleh getaran atau gerakan kuat, maka hendaknya ia menuntun lathifah ar-ruh.

Lathifah ruh terletak sekitar dua jari dibawah payudara sebelah kanan dengan posisi miring ke dada. Ia berada dibawah telapak kaki Nuh a.s. dan Ibrahim a.s. Cahayanya berwarna merah. Dzikir berada dalam ruh, sedang wuquf  berada dalam hati. Apabila terjadi gerakan dan menyala, hendaklah ia menuntun lathifah as-sirr.

Lathifah as-sirr terletak sekitar dua jari diatas payudara sebelah kiri dengan posisi miring kearah dada. Ia berada dibawah telapak kaki Musa a.s. Cahayanya berwarna putih. Dzikir berada padanya, sedang wuquf berada dalam hati. Bila ia telah menyala, hendaklah ia menuntun lathifah al-khafi.

Lathifah al-khafi terletak sekitar dua jari diatas payudara sebelah kanan dengan posisi miring ke dada. Ia berada dibawah telapak kaki Isa a.s. Cahaynya berwarna hitam. Bila menyala, hendaklah ia menuntun lathifah al-akhfa.

Lathifah al-akhfa terletah ditengah-tengah dada. Ia berada dibawah telapak Nabi Muhammad saw. Cahayanya berwarna hijau, karena itu sibukkanlah diri untuk mengolahnya dengan dzikir sebagaimana telah dijelaskan pada Mengenal dan belajar tharekat untuk menuju derajat tauhid.

Barang siapa berhasil mencapai sampai pada salah satu lathifah tersebut, dan nampak formulasi serta kondisi ruhani sebagaimana disebutkan diatas, berarti dia berada pada tempat minum Nabi yang dibawah telapak karena lathifah itu berada dibawah telapak kakinya.
Kemudian hendaklah ia menuntunkan an-nafyu wa al-itsbat, yakni kalimah, " la ilaha ilallah" tatacaranya sebagai berikut :
Menempelkan lidah pada langit-langit tenggorokan lalau setelah mengambil nafas di rongga mulut dan mulai mengambil kalimat, "la" dengan imajinasi la itu di ambil dari bawah pusar dan membentangkannya di tengah-tengah lathifah al-akhfa sampai berhenti pada lathifah an-najs an-nathiqah yang terletak di bagian dalam otak pertama yang dikenal sebagai selaput otak.
Setelah itu, mulailah mengambil hamzah kalimat ilaha  dari otak sambil membayangkan turun hingga berhenti di bahu sebelah kanan, lalu mengalirkannya ke dalam lathifah ar-ruh. Tahap berikutnya adalah mulai mengambil akalimat, illallah dari bahu dan membentangkannya secara menurun ke ambang tengah-tengah dada sampai berhenti di latifah qalb. Lalu imajinasikanlah memukul bagian hitam ditengah-tengah hati dengan lafdzul-jalalah melalui kekuatan nafas yang tertahan sehingga pengaruh dan panasnya menghanguskan seluruh bagian-bagian badan yang jelek dan menerangi bagian-bagian baik yang ada didalamnya dengan cahaya keagungan Allah.
Selain itu juga harus selalu memperhatikan makna la ilaha ilallah, yakni tiada yang disembah, tiada yang dituju dan tiada wujud selain Allah. Yang terdiri dari tiga makana.
Makana yang pertama, ykani tiada yang disembah selain Allah, diperuntukan bagi pemula. Makna yang kedua, yakni tiada yang dituju selain Allah, adalah untuk kelas menengah. Sedangkan makna yang ketiga, yakni tiada maujud selain Allah, diperuntukkan bagi kelas akhir.

Ketika mengucapkan kalimat nafian, yakni, la ilaha harus menafikkan seluruh wujud makhluk dari pandangan mata dan nalar, serta memandangnya sebagai sesuatu yang tiada. Lalu ketika mengucapkan kalimat penegasan, yakni illalla, harus menetapkan di dalam hati dan pikiran akan wujud Dzat Yang Maha Benar, serta memandang-Nya sebagai Yang Abadi dan Nyata Ada.

Di akhir kalimat tauhid, yakni la ilaha illallah, saat berhenti pada bilangan ganjil, imajinasikanlah Muhammadur-Rasulullah mulai dari lathifah kalb sampai kebagian dibawah payudara sebelah kanan, dengan kehendak untuk mengikuti Nabi saw. dan mencintainya. Kemudian lepaskanlah nafas ketika diperlukan, pada hitungan ganjil (tiga, lima tujuh, sebelas, atau dua puluh satu). Ketika melepaskan nafas, ucapkanlah dengan lisan secara perlahan, atau dengan hati, "ilahi anta maqshudi wa ridhaka mathlubi.
Pada setiap penggantian nafas tersebut harus benar-benar menjaga imajinasinya agar tidak pudar. Jika sudah sampai pada hitungan ke dua puluh satu, akan nampak hasil dzikir qalb-nya. Hasil dzikir itu berupa ketenggelam dari wujud kemanusiaan dan bisikan-bisikan alam ciptaan, serta peleburan diri dalam tarikan Ilahiah yang bersifat Dzat. Lalu didalam hati akan muncul pengaruh formulasi tarikan ilahiah tersebut, yaitu penghadapan hati kepada al-Haqq Yang Maha Kudus dengan mahabbah dzatiyah.
Pengaruh tarikan ilahian tersebut beragam tingkatannya sesuai potensi masing-masing. Potensi ini merupakan pemberian Allah yang telah diberikan kepada ruh sebelum ruh melekat dibadan.

Apabila belum memperoleh setelah melakukan dzikir qolbinya itu lebih disebabkan kurangnya dalam memenuhi persyaratan yaitu, shidqul iradah (kehendak yang benar dan sungguh-sungguh).

Demikian Artikel ini semoga bermanfaat dan beroleh restu dari Allah Ta'ala. Amin