CARANECOM

Caranecom is a Informative Blogging, place of Information and Learning

Mengenal dan Belajar Tharekat Untuk Mencapai Derajat Tauhid


Bismillah
Tharekat
Sebenarnya pada dasarnya ilmu Islam yang mempelajari pendalaman pemahaman untuk mendekatkan diri kepada Allah dan jalan menuju kepada Allah Ta'ala ada empat yang disebut dengan Syariat, Tharekat, Hakekat dan Makrifat. Dimana istilah tersebut baru muncul pada generasi ke tiga dari Rasulullah saw. yaitu setelah Rasulullah saw, Sahabat Nabi, Tabi'in, Itabi'in dan pada generasi ketiga yaitu para Tasawuf pada Abad ke 11 (5 Hijriah) Tasawuf dipakai setiap calon sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah atau berada dalam  kehadiratnya tanpa dibatasi hijab.

Namun pada kesempatan kali ini penulis hanya akan menyampaikan tentang Tharekat saja, walaupun sebenarnya dari empat amalan tersebut diatas saling berhubungan namun untuk benar-benar bisa memahami sebaiknya kita mempelajarinya satu persatu agar tidak berat, namun bagi yang merasa mampu dapat mempelajarinya atau memahaminya segaligus bisa membuka artikel lain pada bagian akhir artikel ini.
Setelah memahami dan mengerti tentang Ilmu Tharekat sangat diwajibkan dalam pengamalannya harus mencari guru yang sudah benar-benar telah mampu memancarkan cahaya-cahaya ketuhanan kehati kita para pencari Tuhan Yang Maha Benar (al-Haqq)

Sebelumnya mari kita mengenal terlebih dahulu pengertian dari threkat itu sendiri,:
Tharekat berasal dari kata 'Thariqah' yang artinya 'jalan'. Jalan untuk menuju/menjadi orang yang bertaqwa dan menjadi orang yang diridhoi Allah s.w.t. dimana sejatinya Tharekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang menjadi orang bertaqwa dan menuju pada jalan Tuhan.

Di dalam Therkat ini, pemberian keterpikatan ruhani (jadzbah) lebih didahulukan dari pada penempuhan jalan ruhani. Karena orang yang terpikat lalu menempuh jalan ruhani (al-majdzub as salik) lebih tinggi derajatnya daripada menempuh jalan ruhani yang kemudian mengalami keterpikatan, (as-salik al-majdzub) meskipun kedua-duanya memiliki perlintasan jenjang spiritual yang sama. Namun (al-majdzub as-salik) memiliki kelebihan, karena menyaksikan segala sesuatu dengan Allah. Daripada penyaksian segala sesuatu karena Allah (as-salik al-majdzub) karena hanya akan berujung pada fana (lenyap dalam Allah), sedangkan (al-majdzub as-salik) akan berujung kepada baqa (lestari bersama Allah) dan sadar setelah fana. dan akan lebih cepat sampai kepada Allah.

Serta mengikuti sunah dan menjauhi bid'ah, yakni bid'ah yang tidak baik yang tidak diridhoi Allah dan RasulNya dengan kemantapan hati, menjauhi rukhasah seperti terlalu berlebihan menikmati kesenangan-kesenangan yang diperbolehkan, tertawa terlalu lepas, bersenda gurau melebihi batas, Tenggelam dalam kelalaian dan terus-menerus dalam kondisi kenyang.

Sebagaimana Abu Manshur al-Meturidi r.a. menegaskan, "Panjang pendeknya tharekat ini tidak seperti jarak perjalanan yang ditempuh oleh jiwa hingga harus dilintasi dengan penempuhan langkah kaki sesuai kadar kekuatan jiwa.

Tharekat ini merupakan jalan ruhani yang ditempuh oleh hati, maka perlintasannya adalah dengan pikiran sesuai dengan kadar keyakinan dan kemampuan mata hatinya. Sumbernya adalah cahaya samawi dan pandangan Ilahi yang jatuh dihati, dan dengan cahaya itu bisa melihat hakikat dunia dan akhirat.
 
Untuk berhasilnya ilmu Tharekat ini bermacam-macam, ada yang mencarinya selama seratus tahun namun dia tidak menemukannya, dan tidak pula menemukan jejaknya, adapula yang berhasil mendapatkannya dalam waktu enam puluh tahun. Sebagian lagi ada yang mendapatkannya dalam waktu dua puluh tahun, ada yang dalam waktu sepuluh tahun, ada yang dalam waktu satu bulan, ada yang dalam waktu satu minggu, ada yang dalam waktu satu jam, dan ada pula yang mendapatkannya dalam waktu sekejap, sesuai dengan kadar keyakinan."

Pengamalan Tharekat yang akan kita bahas ini adalah formulasi ibadah lahir batin yang terus-menerus. Dan semua orang bisa mengikutinya dan semua orang bisa mengambil manfaatnya, Bagi orang tua, orang muda dan anak-anak.dan mendapatkan tharekat terbersit didalam hati, sehingga kekacau-balauan lenyap dari diri, dan menjadi bersih dari segala kotoran jiwa.

Abu Sa'id al-Kharraz r.a. berkata, "Orang yang sempurna bukanlah orang yang darinya lahir banyak jenis keramat. Akan tetapi, orang yang sempurna adalah orang yang duduk bersama orang-orang, jual-beli, menikah dan bergaul bersama mereka namun tidak sesaatpun dia lalai dari Allah."

Tharekat Naqsyabandiyah
Pondasi Tharekat yang luhur ini didirikan di atas pengamalan sebelas kata bahasa persia, delapan kata dari turun temurun dari Hadrat asy-Syaikh 'Abdul Khaliq al-Ghajdawani. Yaitu :
  • Husy dardan 
  • nazhar barqadam 
  • safar dar wathan 
  • khalwat dar anajuman
  • yad karad 
  • baz kasyat
  • nakah dasyat
  • yad dasyat
dan yang tiga lainya diambil turun-temurun dari asy Syaikh al-akbar as-Sayyid Muhammad Baha'uddin an-Naqsyabandi yaitu :
  • wuquf zamani
  • wuquf adad dan 
  • wuquf qalbi.
Husy dardan adalah menjaga nafas dari kelalaian, saat nafas keluar, saat masuk, dan diantara  keluar dan masuk. Agar senantiasa hatinya hadir bersama Allah di dalam setiap nafas. sebab setiap nafas yang masuk dan keluar disertai kehadiran Allah, dia hidup dan sampai kepada Allah. Sedangkan setiap nafas yang keluar dan masuk tanpa disertai kehadiran Allah (lalai), dia terputus dari Allah.

Nazhar barqadam adalah menjaga pandangan dengan terfokus, seperti melihat ke arah kakinya saat berjalan. Begitu juga saat duduk, dia hanya diperbolehkan melihat kedua tanganya. Sebab melihat berbagai macam benda dan warna dapat merusak kondisi ruhaninya, bila pandangannya berhubungan dengan banyak perkara yang dilihatnya, hatinya akan sibuk dengan keterpecahan yang dihasilkan dari penglihatannya terhadap berbagai pemandangan itu. Karena belum memiliki kemampuan untuk menjaga hati.

Safar dar wathan adalah perpindahan dari sifat-sifat manusiawi yang jelek/tidak sempurna kepada sifat-sifat malakuti (malaikat) yang mulia. dan mengevaluasi apakah didalam hatinya masih tersisa kecintaan kepada makhluk? Bila mengetahui masih ada tersisa sedikit saja kecintaan kepada makhluk, maka harus segera berjuang melenyapkannya.

Khalwat dar anajuma adalah pengosongan hati dari makhluk (khlawat) atau dengan artian hati harus selalu hadir bersama Allah al-Haqq di dalam segala keadaan. Yang pertama adalah Khalwat Lahir, yaitu penyepian diri di sebuah tempat atau di sebuah rumah yang sunyi dari manusia. Kedua khalwat batin, yaitu batin senantiasa berada dalam penyaksian asrar Allah meskipun meskipun lahiriahnya berinteraksi dengan makhluk.

Yad karad adalah mengulang-ulang dzikir seara terus menerus, baik dzikir dengan asma Dzat (lafzh Allah) maupun dengan kalimah tahlil (la ilaha ilallah), sampai memperoleh kehadiran Dia Yang didzikirkan.

Baz kasyat adalah kembali kepada Munajat di dalam penafian dan penegasan dengan kalimah mulia yaitu : ilahi anta maqshudi wa ridhaka mathlubi setelah pembebasan jiwanya. Munajat ini akan menguatkan penafikan dan penegasan, dan akan meresapkan inti tauhid hakiki kedalam hati hingga wujud seluruh makhluk sirna dari pandangan.

Nakah dasyat adalah menjaga hati agar tidat sekejap pun dimasuki bisikan-bisikan ghaib. Karena hal ini maslah besar.
Asy-Syaikh Abu Bakr al-Kattani r.a. berkata, "Aku telah menjaga pintu hatiku selama empat puluh tahun. Aku tidak membukanya selain untuk Allah, sampai hatiku tidak mengenal selain Allah. Sebagian pemuka lainnya berkata, " Aku menjaga hatiku selama sepuluh malam, dan hatiku menjaga diriku selama dua puluh tahun.

Yad dsyat adlah penghadapan murni, yang kosong dari berbagai lafazh Dzikir, kepada penyaksian cahaya-cahaya Dzat Ahadiyat. Namun sejatinya hal ini hanya bisa dilakukan secara istiqamah setelah mencapai fana yang sempurna dan baqa yang penuh.

Wuquf zamani adalah menilik kondisi diri setiap dua atau tiga jam sekali, untuk melihat apakah dalam waktu tersebut diri masih hadir bersama Allah atau tidak, mla mendapati diri masih hadir bersama Allah, maka harus bersyukur kepada-Nya atas taufiq. Apabila diri lalai, segeralah beristigfar atas kelalaian itu dan kembali pada kehadiran yang sempurna.

Wuquf adadi adalah memelihara hitungan ganjil dalam dzikir

Wiquf qolbi adalah istilah bagi kehadiran hati bersama al-Haqq hingga tak tersisa sesuatu pun untuk tujuan hati selain al-Haqq, dan hati tidak lalai dari makna lafazh dzikir.
Dzikir dibagi menjadi dua ayitu, dzikir qolbi dan dzikir lisan, masing-masing memiliki dalil dalam Alqu'an dan sunah, dzikir lisan tidak mudah setiap saat, karena jual-bali dan kegiatan lainnya bisa menghalangi dari dzikir ini. Sedangkan dzikir qolbi dilakukan dengan pengawasan hati terhadap Dia yang dinamai dengan lafazh dzikir, Dia yang sepi huruf dan suara. Karena itu, tidak ada yang bisa menghalangi dari dzikir qolbi.
Rasulullah saw. bersabda, "Dzikir yang paling baik adalah yang tersembunyi

Sedangkan rezeki yang paling baik adalah yang mencukupi."
Diriwayatkan pula oleh al-Baihaqi. Rasulullah saw. bersabda, "Dzikir dalam hati/dzikir yang tidak didengar oleh malaikat Hafazhah nilianya lebih dari tujuh puluh kali lipat.

Berikut adalah ada 11 tatacara dan adab berdzikir yaitu :
  1. Berdzikir dalam keadaan suci dari hadats.
  2. Mengawalinya dengan shollat dua rakaat.
  3. Menghadap kiblat, ditempat yang sunyi.
  4. Duduk tawarruk dalam posisi balik tawarruk shallat.
  5. Memohon ampunan dari seluruh maksiat yang telah dilakukan.
  6. Membaca surah al-Fatihah satu kali dan surah al-ikhlash sebanyak tiga kali untuk dihadiahkan kepada Rasulullah saw.
  7. Memjamkan kedua mata, merapatkan bibir atas dan bibir bawah, serta merapatkan lidah ke atap tenggorokan agar mendapat kekhusyukan dan memutus bisikan-bisikan jiwa yang pasti muncul dari pandangan mata.
  8. Berhubungan dengan kubur, yaitu pengawasan hati terhadap kematian, dengan membayangkan diri seolah-olah telah mati.
  9. Pertalian dengan guru atau syaikh.
  10. Menghimpun seluruh indera badan dan memutuskan segala kesibukan dan bisikan jiwa. Lalu menhadapkan diri kepada Allah dengan seluruh idrak-nya (daya pemahaman) kemudian berucap tiga kali, "ilahi anta maqshudi wa ridhaka mathlubi"
  11. Sejenak menanti warid dzikir, sebelum membuka kedua mata. Apabila tampak sesuatu yang ghaib atau jadbah (tarikan spiritual), maka berhati-hatilah agar tidak sampai memutuskannya.

Bila disaat berdzikir mendapat penampakan atau bisikan-bisikan ghaib yang memecah kesatuan hati,  hendaklah segera membuka kedua mata. dengan demikian penampakan itu akan lenyap. Jika dengan cara tersebut tidak berhasil ucapkan sebanyak tiga kali, "Allahu nazhiri Allahu hadhiri" Jika masih juga nampak atau belum hilang, ambilah wudhu, atau mandi, kemudian shallat dua rakaat lalu beristigfar dan berdoa,"

Baca Juga :